Sabtu, 08 November 2014

HUJAN ES (HAIL)

Hujan es, mungkin kita baru mendengar terjadi di Indonesia. Indonesia yang tergolong daerah tropis ini kita pikir jarang atau bahkan tidak ada hujan es. Tapi faktanya di beberapa wilayah Indonesia pun sering terjadi hujan es. Apa sih penyebab hujan es ini??? dan apa sih dampak yang kita rasakan apabila adanya hujan es??? Sebelum mengarah kesana ada baiknya kita mengetahui hujan itu apa dan bagaimana terjadinya hujan.

Hujan merupakan presipitasi berwujud cairan, berbeda dengan presipitasi non cair, sepert salju, batu es dan slit. Presipitasi terbentuk melalui tabrakan antara butir air atau kristal es dengan awan. Hujan memerlukan keberadaan lapisan atmosfer tebal agar dapat menemui suhu diatas titik leleh es di dekat dan di atas permukaan bumi. Hujan adalah proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di daratan. Awalnya air hujan berasal dari air yang ada di bumi, seperti air laut, air sungai, air danau, air waduk, air jamban, air kolam dan sebagainya. Selain air yang berbentuk fisik, air yang menguap ke udara juga bisa berasal dari tubuh manusia, binatang, tumbuh – tumbuhan, serta benda – benda lain yang mengandung air. Air – air tersebut umumnya mengalami proses penguapan atau evaporasi akibat adanya bantuan panas matahari. Air yang menguap / menjadi uap melayang ke udara dan akhirnya terus bergerak menuju langit yang tinggi bersama uap – uap air yang lain. Di langit yang tinggi, uap tersebut mengalami proses kondensasi sehingga membentuk awan. Dengan bantuan angin, awan – awan tersebut bergerak kesana – kemari baik vertical, horizontal dan diagonal. Akibat angin atau udara yang bergerak pula awan – awan saling bertemu dan membesar menuju langit / atmosfer yang suhunya rendah atau dingin, dan akhirnya membentuk butiran es dan air.

Hujan es yang dalam ilmu meteorologi disebut juga hail, beberapa hari lalu terjadi di wilayah Nusa Tenggara Timur, tepatnya di daerah Ruteng. Begitu besar gumpalan es yang turun dari langit, sehingga membuat masyarakat disana takut untuk keluar. Ya tentunya takut karena dampaknya tubuh kita menjadi sakit apabila terkena hujan es tersebut, kerusakan serius khususnya pada otomotif, penerbangan, kaca dan jendela, serta dapat pula merusak tanaman yang ada di bumi. Perlu kita ketahui bersama bahwa awan merupakan asal hujan. Pembentukan hujan es melalui proses kondensasi uap air lewat dingin di atmosfer pada lapisan diatas freezing level, sehingga di dalam awan terdapat es. Es yang terjadi dengan proses ini biasanya berukuran besar. Karena ukurannya, walaupun telah turun kearah yang lebih rendah dengan suhu yang relatif hangat tidak semuanya mencair, sehingga turun ke bumi dalam keadaan masih berbentuk kondensasi (gumpalan). Hujan es tidak hanya terjadi di negara sub-tropis, tapi bisa juga terjadi di daerah ekuator. Proses lain yang dapat menyebabkan hujan adalah riming, dimana uap air lewat dingin tertarik ke permukaan benih – benih es. Karena terjadi pengembunan yang mendadak, maka terjadilah es dengan ukuran yang besar. Hujan es dapat turun kapan saja, dikarenakan transisi musim. Kerjadian ini juga bisa dikategorikan masuk dalam cuaca ekstrem. Hujan es berasal dari jenis awan bersel tunggal berlapis – lapis (CB) dekat dengan permukaan bumi, dapat pula berasal dari multi sel awan dan pertumbuhannya secara vertikal dengan luasan area horizontalnya 3 – 5 km. Jenis awan berlapis ini menjulang kearah vertikal sampai dengan ketinggian 30.000 feet lebih, jenis awan berlapis – lapis ini biasa berbentuk bunga kol dan disebut dengan awan kumulonimbus (CB). Hal penting yang perlu dicatat dalam pertumbuhan/pembesaran hail adalah panas laten pembekuan yang dilepaskan saat butir air yang diserap membeku. Akibat panas laten tersebut, suhu dari hail yang tumbuh akan lebih hangat beberapa derajat dibanding suhu awan di sekitarnya. Suhu keseimbangan antara hail dan awan akan tercapai bila total panas yang dilepaskan akibat pembekuan (baik dari fasa air ke padat maupun dari fasa gas ke fasa padat) sama dengan panas yang diserap oleh awan akibat konduksi. Dengan dicapainya keseimbangan suhu maka tidak ada lagi transfer panas dari hail ke lingkungannya. Laju pertumbuhan hail dapat ditentukan dengan menjumlahkan laju pertumbuhan akibat penyerapan butir air dan laju pertumbuhan akibat sublimasi. Hujan es biasanya juga terjadi di sepanjang daerah pegunungan sebab gunung mempunyai kekuatan upward angin horizontal (yang dikenal juga sebagai orographic lifting), dengan demikian meningkatkan updrafts dengan badai dan membuat kemungkinan besar sering terjadi hail. Hujan es merupakan salah satu bencana badai yang cukup penting dalam dunia penerbangan. Ketika batu es berukuran 0.5 inci (13 mm), pesawat terbang bisa mengalami kerusakan yang sangat serius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar